Bahwa keindahan cinta itu, lebih dari apa yang engkau tulis di dalam puisimu.
Bahkan seribu syair pujangga yang kau satukan dalam bukumu itu pun, belum mampu menuangkan keindahannya padamu.
Dan jangan pula engkau menganggap bahwa helaian warna pelangi di senja itu, sebagai jawaban keindahan seperti yang engkau bayangkan.
Apalagi bunga yang dari kuncup hingga dia merekah, bukanlah wajah cinta yang sesungguhnya, karena kelak ia kan terkulai layu menyembah keabadian sang waktu yang menggilasnya.
Cinta itu bukan kata, yang teranyam hanya dari jalinan lima aksara. Hingga engkau begitu pongah saat mampu menuliskannya dengan tinta. Tapi dialah aksara itu, yang tanpa engkau tata, ia kan tetap ada dengan sejuta penafsirannya.
Cinta itu bukanlah syair punjangga yang berdesakan untuk kau ucapkan, tapi dialah yang mendesakmu untuk mencipta hingga berjuta-juta.
Cinta bukan pula helaian warna yang terajut indah menyejukkan mata, tapi dia ada diantaranya, diantara warna dan mata yang melihatnya.
Cinta juga bukanlah bunga yang teriring bersama kecupannya, apalagi di terjemahkan sebagai lambang sempurna saat mengungkapkannya.
Karena dia tercipta jauh sebelum semua itu ada, sebelum bunga bersama kecupannya, sebelum engkau mengungkapkannya.
Pahamilah cinta, cukup dengan bahasa sederhana.
Bahwa engkau ada karenanya.
Bahwa karenanya semua tercipta.
Westport, 300317